Selasa, 14 Mei 2019

Pesan dari film "Ave Maryam", Relevan atau Tidak?

Berhubung film Ave Maryam sudah berhenti ditayangkan setelah dua minggu, karenanya aku akan menulis ini. Sebab kalau aku tulis ketika masih ditayangkan, jatuhnya aku spoiler dan akan digebuk massa. Aku menonton film ini karena, satu, aku pernah memiliki keinginan menjadi suster (sampai sekarang sih, cuman kuliah aja dulu, bahagia duniawi aja dulu), kedua, aku baca beberapa spoiler mengenai jalur cerita ini mengenai seorang suster yang jatuh cinta pada seorang pastur yang sepuluh tahun lebih muda daripada suster Maryam itu sendiri.

Poster dari film Ave Maryam Gambar dicolong dari wikipedia.


Misc-en-scene film ini menurutku sangat amat bagus. Banyak adegan yang menunjukkan latar tempat secara luas. Nggak melulu terfokus pada orang layaknya banyak film Indonesia yang aku tonton. Lagu-lagunya juga bagus, nggak melulu lagu Gereja. beberapa adegan juga nggak pake BGM supaya ngeuna di penonton. Banyak juga posisi kamera menggunakan bird view alias dilihat dari atas, misal dalam adegan misa pagi di Gereja.  Ada juga adegan yang disorot menggunakan worm view, jadi penggunaan kamera di filem ini sangat amat indah deh.

Di film ini memiliki cukup sedikit narasi, nggak banyak cing cong seperti banyak film Indonesia. Mungkin karena di biara sendiri lebih banyak bekerja dibandingkan berbicara, apalagi di biara ini didominasi suster sepuh. Suster yang muda serta menjadi center dari film ini adalah Suster Maryam (diperankan oleh mbak Maudy Koesnandi), serta suster Mila (diperankan oleh mbak Olga Lydia). "Woi! Mana ada umur 40 dihitung muda?" Ya gimana da emang yang banyak suster menjadi "suster" pas udah kepala tiga. Kalau kalian belum tau nih, suster ini punya "pangkat" sebelum akhirnya menjadi suster. Dari aspiran (kayak aku dulu, mereka yang masih "tengak tenguk"menjadi suster), postulan (sudah bisa membantu suster dan mendapat seragam khusus), novis (sudah bisa dibilang setengah suster), baru menjadi suster yang bertudung dan berkaul. Proses yang panjang kan? Makanya aku bilang suster Maryam itu suster muda. Makanya dulu aku di biara, aku rada kesel karena aku udah setua novis, tapi berada di kasta terbawah di biara sebagai aspiran. Ye malah curhat,

Selain itu, adegan off-topic disini cukup banyak. Biasanya kan adegan off-topic cuman di awal, ini mah sampai akhir pun ada. Apa itu off-topic? Hence the name, adegan yang nggak ada hubungannya sama tema utama. Disini, dijelaskan kegiatan suster apa saja. Selain berdoa dan mengikuti misa pagi, suster bisa masak, bisa membaca dan bermain permainan kecil kayak congklak dan ular tangga (nggak ada main congklak dan ular tangga sih di film ini), bahkan bisa jalan-jalan. Di dalam film ini, suster Maryam kerap keluar biara, entah buat beli roti atau beli majalah. Adegan lain menunjukkan suster Maryam membaca bukunya Simone Beauvoir, penggagas feminisme gelombang pertama. Buku itu tentu haram bagi para misognis dan pengagum patriarki. Adegan ini menarik karena suster Maryam baca buku itu, padahal doi hidup di tengah budaya patriarki katolik. Katolik itu patriarkis banget gengs, tapi suster Maryam masih baca itu. Ketika suster Monika (suster tua yang menjadi orang tua asuh romo Yosef) menemukan buku itu, nggak dibahas sih. Ini juga menjadi menarik karena berarti sesama suster nggak usah ngurusin urusan orang. Bayangin seorang suster membaca buku Beauvoir mengenai tubuh. Aku yang belajar gender di kuliah aja dicaci maki sama misognis banyak cing cong. Aku bahkan dilabelin sebagai lesbian dan feminazi, padahal aku jelas masih (dan selamanya) tertarik pada laki-laki. Yee curhat tahap kedua. Balik ke bahas filem gengs, kuys.

Pesan utama dari film ini, aku rasa, mengenai biarawan-biarawati yang "masih manusia". Pengenalan masalah dari film ini dimulai ketika seorang pastur, dipanggil Romo Yosef, hendak mengajar paduan suara untuk natal. Mulai dari sini lah romo Yosef dan suster Maryam mulai dekat. TAPI. Ada tapinya nih. Di dalam film nggak dijelaskan apa suster dan romo tersebut pernah berkenalan sebelumnya. Suster Maryam cuman ''nengokin" romo Yosef yang ngajarin paduan suara dan orchestra di Gereja itu. Malahan romo Yosef sering mengirimkan suster Maryam surat, entah ke kamarnya atau entah melalui suster lain, bahkan pernah mencoba meminta pada Dinda, gadis berkerudung yang bertugas mengirimkan susu kepada suster, untuk mengajaknya keluar. Awalnya suster Maryam tidak mengindahkan ajakan itu, bahkan sempet ngusir romo Yosef dengan alasan "Sudah terlalu malam". Cuman ya akhirnya suster Maryam menerima ajakan tersebut. Suster Maryam menggunakan slayer sebagai kerudung tidak syari'i. Tidak banyak omongan di antara mereka, namun mereka menikmati waktu berdua.

Disini adalah bagian yang, aku pribadi nih ya, nggak aku suka sama sekali. Yang ngajak keluar siapa? Si romo. Romo itu mengajak suster Maryam pribadi kemana-mana, bahkan membelikan kue ulang tahun di pantai. Kenapa cobak diajak ke pantai, out of many places they can visit like museums or libraries? (ya itu mah aku aja yang suka ke sana). Sampai ada adegan suster Maryam membuka bajunya dan berenang di pantai. Iya, seorang suster mengenakan pakaian renang di pantai, di hadapan seorang romo. Dua sejoli yang berkaul kesucian (perawan dan perjaka untuk selamalamalamanya) berenang di pantai, dan diakhiri dengan penyesalan di antara mereka. Tapi entah apa yang bikin mereka menyesal, kayak ngapain gitu di pantai. Nggak dijelaskan dalam film ini.

Anti-klimaks di filem ini adalah ketika romo Yosef "dihakimi" oleh para suster lain karena ketauan sering bertemu suster Maryam, sehingga suster Maryam harus pindah biara. Iya, yang salah siapa, yang pergi siapa. Aku cukup merasakan keadilan ketika romo Yosef "dihakimi" oleh semua suster lain, termasuk suster Mila dan suster Monika. Tapi romo Yosefnya ya membela diri lah, bahwa Tuhan itu penuh cinta kasih dan blablabla lainnya. Nggak ada maling teriak maling kan? Tapi tetep saja suster Maryam yang harus pergi.

Bagian paling nyesek adalah di ending (buatku sih) ketika suster Maryam mengaku dosa, dan si pendengarnya justru romo Yosef sendiri. Bukan romo Martin atau romo lainnya. Adegan ini menjadi menarik untukku karena suster Maryam mengaku dosa, tapi apakah romo Yosef juga mengaku dosa setelahnya? Hanya Tuhan yang tau, barangkali. Romo Yosef pun menangis di bilik pengakuan dosa, memegang alkitab dan mengenakan syal romo bewarna ungu. Romo Yosef menangis sebagai romo, tapi harus membantu suster Maryam mengaku dosa sebagai perwakilan dari Tuhan.

Terus apa yang membuatku sebal dengan film ini? Aku curhat ke seorang temanku yang mendukung gender equality, sebut saja mas B, dan mas B ini juga ikut mengkritiki film ini sebagai bentuk kritik atas Gereja Katolik. Mas B berpendapat, kekeukeuhan (keukeuh = keras kepala) Gereja Katolik yang membuat para biarawan-biarawati tidak menikah itu menyusahkan hidup manusia. Padahal bukan itu yang kumaksud. Aku malah setuju biarawan-biarawati tidak menikah (alasannya nggak akan kujelaskan eniwei). Justru karena konflik di film kurang, sehingga aku sebagai penonton kekurangan informasi. Kenapa romo Yosef "mendekati" suster Maryam yang notabene lebih tua sepuluh tahun, dan bukannya suster Mila yang lebih muda? (suster Mila disini agak galak sih orangnya) Kenapa di narasi poster film sebelum ditayangkan, disebutkan bahwa suster Maryam itu sebelumnya beragama Islam? Padahal di filmnya nggak ada sama sekali clue agama suster Maryam sebelumnya apa. Di filmnya palingan dijelaskan bahwa suster Monika dulunya sama dengan suster Maryam, merawat suster tua. Lagian merawat suster nggak mentah-mentah kerjaan orang non-Katolik kok. Apakah karena ada tokoh Dinda yang berkerudung menjadi clue bahwa "asisten"suster itu bukan Katolik? Kenapa suster Maryam mau diajak sama romo Yosef? Hubungan mereka dulu apa?

Terlalu banyak miss di dalam film ini yang membuat aku (aku doang ya, belum tentu kalian juga) tidak menyukai film ini. Misses ini yang aku khawatirkan menjadi misleading buat teman-teman non Katolik. Waktu aku nonton pun beberapa penonton pakai kerudung syari'i. Niatanku menjadi suster nggak tergugah dari film ini. Pas liat artikel di Tirto kupikir justru akan membuatku bersemangat, karena bagaimanapun untuk menjadi suster itu harus lepas dari nikmat dunia termasuk jatuh cinta. Namun proses suster Maryam dan romo Yosef ini jatuh cinta cukup kurang dijelaskan, jadi di akhirnya aku nggak tau ini arah ceritanya gimana. Tau-tau pulang dari pantai mereka berdua menangis hujan-hujanan.

Bagaimanapun aku cinta film ini karena suster Monika. Suster Monika tau suster Maryam dan romo Yosef saling cinta, namun suster Monika hanya bilang "Apabila surgaku belum pasti, buat apa aku mengurusi nerakamu."  

Kamis, 10 Januari 2019

Filem Nyai Dasima? Sama enggak dengan novelnya?



Hay, bertemu lagi dengan Sekar, setelah bertahun-tahun, bahkan Sekar sudah sampai lulus esatu dan udah mau lulus esdua lagi ( Amin, Ya Tuhan. Esdua menyenangkan, tapi waktunya mefet jadi tidak jadi menyenangkan)

 Dalam salah satu mata kuliah di esdua kemarin, Sekar mengikuti mata kuliah, yang menurut Sekar, sangat menarik. Namanya Sastra Bandingan. Kedengaran susah? Banget! Tapi rame? Sangat! Di setengah pertemuan terakhir, kami belajar untuk membandingkan novel dengan filmnya (apabila di Ekranisasi atau dilayarputihkan), atau sebaliknya, film dengan novelnya (apabila dinovelisasikan). Sekar sendiri membahas ekranisasi film  Sang Pemimpi, yang berasal dari novel populer karya Andrea Hirata dengan judul yang sama. Pembahasan itu dipresentasikan, sayangnya Sekar kurang cerdas dalam membahas ekranisasi novel tersebut. Sekar hanya sebatas membahas pengurangan dan penambahan dalam proses pelayar putihan novel tersebut, serta dampaknya pada hasil akhir plot cerita, terutama kepada para tokoh.

Tapi disini, Sekar nggak akan bahas hasil tulisan Sekar soal ekranisasi film Sang Pemimpi itu. Melainkan hasil tulisan Sekar atas bahan lain, yang dipresentasikan teman sekelas Sekar, dan film itu adalah Njai Dasima, atau Samiun dan Dasima.
Hasil gambar untuk nyai dasima oleh citra dewi
Add caption

Terdengar asing? Sekar juga bingung, itu apaan sih? Rupa-rupanya itu novel jaman penjajahan. Iya sih, pada saat itu, tahun 1970, Indonesia sudah merdeka. Tapi di Indonesia sendiri, beberapa "bule" masih menetap di Indonesia. Eh, Sekar belum nyebutin soal novelnya ya? Sekar sendiri sudah membuat review perihal novelnya melalui laman Good Reads. Sila periksa tautan berikut: Stefani Lestari's review of Nyai Dasima

Kembali ke ekranisasinya. Eh beneran ekranisasi gitu? Kata temen Sekar mah memang ekranisasi dengan beberapa perubahan. Oh really? FYI, di bukunya aja ada dua versi dari dua penulis, yaitu G. Francis dan S.M. Ardan. Long story short, dua penulis ini punya dua pandangan yang membuat  ceritanya berbeda juga. G. Francis nulis duluan, diksinya masih jaman penjajahan yang masih pake huruf 'oe', 'tj', 'dj', dan sebagainya. Sedangkan S. M. Ardan lebih modern, udah pakai bahasa betawi mengarah ke bahasa Indonesia baku.

Lalu apa lagi? Pola cerita, karena ada perbedaan antagonis serta protagonis. Di versi G. Francis, si tuannya Nyai Dasima baik banget. Ngasih perhiasan iya, ngasih baju iya, ngasih uang jajan pula. Tapi si Samiunnya jahat sekali. Mau melet iya, ngerampok iya, bahkan ngebunuh Nyai Dasima yang sudah ia rebut dari tuannya Nyai Dasima.
S.M. Ardan beda banget. Tuannya nyai Dasima jahat, tukang mabok, tukang judi. Ari di versi S.M. Ardan, malah Samiunnya yang baik banget. Paling bininya si Samiun yang jahat.

Terus gimana dengan filmnya? Beda banget dengan kedua novelnya, mungkin karenanya ada beberapa versi film Nyai Dasima. Versi Samiun dan Dasima, kata temenku, lebih mendingan, karena ada Mochtar Lubis sebagai penulis skenario. Yah, meski katanya terus Mochtar Lubis keluar karena ketika difilmkan, filmnya berubah banget.

Di film Samiun dan Dasima, Sekar rasa, mereka mau menyeimbangkan kebaikan dan kejahatan Tuan Edward dan Samiun, sebagai suaminya Nyai Dasima. Difilmnya, Tuan Edward baik banget, sayang anak, sayang istri, tapi sayang, tukang judi dan main perempuan. Tapi nggak pernah nyakitin Nyai Dasima secara fisik maupun psikis. Samiun? Dia tokoh yang paling beda dibandingkan novelnya. Sekeluarga ngaco. Istri pertama Samiun minta Samiun melet Nyai Dasima, terus tukang judi, bahkan mau ngerampok Nyai Dasima karena nggak mau nyerahin hartanya ke suami barunya, yakni Samiun.

Menurut pengamatan Sekar sih ya, di novelnya nggak bisa berpihak selayaknya Francis dan Ardan menentukan posisi. Pembunuhan Nyai Dasima memang kisah nyata, tapi kisah yang dipaparkan Francis dan Ardan menetapkan pandangan antara siapa yang jahat dan (kemungkinan) membunuh Nyai Dasima. Tuan Edward yang meskipun baik, tapi masih suka judi dan main perempuan, lupa istri dan anak di rumah. Sedangkan Samiun, dari awal mata duitan. Tapi dia kuat, bisa berantem, tipe-tipe pahlawan Betawi lah ya.

Tapi kenapa coba harus berubah? Kalau mau dibilang pelayar putihan, Sekar rasa tidak. Yah mungkin skenarionya memang berubah dibandingkan yang ditulis dari Mochtar Lubis. Tapi Sekar rasa, memang si pembuat film, Citra Dewi, memang membuat versi tersendiri. Jadi ini bukan pelayar putihan, tapi membuat gaya film sendiri. Paling plot atau kronologi ngikutin G. Francis dan/atau S.M. Ardan. Tapi sisanya, mereka buat sendiri.

Yah gitu deh, tinggal kita netapin posisi mau baca atau nonton filmnya. Menurut Sekar bagusan versi G. Francis, tapi filmnya juga asli, oke buat ditonton. Recommended? Lumayan, buat nambahin referensi film lama.

Rabu, 10 Juni 2015

What I have learned in English Department of UNPAD: Survey of English Literature: Elizabethan to Victorian Ages

I remembered the first time when I was enrolling the lectures of Survey of English Literature: Elizabethan to Victorian. When I was choosing this lecture in online KRS (Study Plan Card), I was so excited because, first, the classroom is located in a classroom which located in Japanese Language Study Centre (or PSBJ, Pusat Studi Bahasa Jepang), and the second, the lecturer is Mr. Rasus, whom I know as a friendly lecturer as I frequently see him in many seminars that are held in the Faculty of Arts of UNPAD.

Though at first, I didn’t really have any interest in any kind of literature (I entered this program because I wanted to be a teacher, but not literature teacher), but everything had changed since this semester. This semester, there are many lectures of literature. There are Survey of American Literature, Survey of English Literature, and Further Studies in Prose.

I remembered the first time when I was reading the name of the lecture: Survey of English Literature: Elizabethan to Victorian Ages. At that time, what I imagined for what we were going to learn was the gorgeous dresses of the royal society of England.  The image of Shakespeare, the queens and the kings, dramas and plays, were not being imagined by me in the first place. Although I am Catholic, the image that we will learn about the development of the Christians in England was not being imagined as well. In conclusion, I was the white paper that later will be scribbled by the lecture.

In the first meeting, Mr. Rasus taught us about the background and the target for learning for this lecture. At that time, the image that I had imagined for what we were going to learn had destroyed. We were not going to learn for the culture and the dresses that the people were wearing.
The second meeting was about when the re-birth of the culture and the Christian religion. Since I am the only Christian (but Catholic), Mr. Rasus asked me, why do people nowadays had different perspective between the Christians (the Protestants)  and the Catholics. He said, since he was little, the Protestants and the Catholics are the same; they are still considered as the Christians. But I had no idea at that time; I was raised in Catholic school since I was kindergarten and what I knew that Protestants and the Catholics are different. Later I asked my father why, and, since my father is the alumna of Mertoyudan High School (A school intended for those who wanted to be the fathers or priests in Catholic, located in Magelang), he told me it was because the Catholics had a kind of revenge towards the Protestants, who claimed that they were the purified Christians.

However, what is interesting from this lecture where Mr. Rasus is not talking about the land of England, but also he commented about the other things. The colonization, for example. First, we talked about on how the Europeans colonized the other countries. But then, he talked about the impact the colonization in Indonesia. Where the cultures of Indonesia had been manipulated because of the colonization by the Europeans.
But that’s what I like from this lecture. Mr. Rasus surely had enlighten me (and the other students) through this lecture, although sometimes his enlightenments didn’t have any connections with the study.

But that doesn’t mean that I didn’t get his lectures at all. I got more informations about the Christians, like there are many churches of the Christians more than Protestants, Catholics, and Anglican; there are also Presbyterians, Dutch-Reformists, Lutherans, and Calvins. It made me interest more since the Church also affected the development of the literatures such as plays and poets. I also figured the reason why most of the saints in the Catholic religion had bald head, but they keep some hair around their ears; and so is why they are called ‘The Roundheads’. It was also fun since Mr. Rasus always mentioned some movies which had connection with the lectures, such as Macbeth and A Midsummer’s Night Dream. I enjoyed the watches a lot.

The biggest differences in my life also happened because of this lecture. When he taught us about the sonnet, the Shakespeare’s sonnet which titled Shall I Compare Thee to the Summer’s Day, my friend and I was obsessed because it made us ‘klepek-klepek’; it touched us a lot. And soon, I told my friend from the Medical Faculty about this Shakespeare’s sonnet. And because of this sonnet, he confessed at me by writing a sonnet for me

 I still could not believe that Mr. Rasus ‘s lecture could made such big differences in my life. Not only he changed the way I think, like in filtering the media and news that I read or hear, but I got a boyfriend because of the sonnet since he taught us about it.

I thanked Mr. Rasus a lot because of his lecture, Survey of English Literature: Elizabethan to Victorian Ages. He was the reason that I tried to consider whether I wanted to continue my study to Literature or not (At first I wanted to go to Linguistics since I wanted to be a teacher). Now, I am wondering; what if I also choose his another lecture, Survey of English Literature: Up to 17th century? I regretted that I didn't take that lecture, sigh...

Selasa, 13 Mei 2014

Make sure that your inbox is not full

Hai-hai-hai semua... *lemes*

Jujur, Ai sedih banget hari ini QwQ

Ai banyak nge-subscribe newsletter kayak Youtube, Twitter, LINE... Dan itu semua bikin inbox Ai penuh...

Dan hari ini... Ai ngecheck inbox Ai dan Ai dapat e-mail yang mengejutkan!

Jadi gini, Ai nge-subscribe seorang Youtuber bernama Michelle Phan. Dia itu make up artist dan pendiri Em Cosmetics. Katanya sih produk bagus tapi belum dijual di Indonesia, jadi Ai belum coba... (masih beginner juga sih)

Tadi Ai liat inbox dan Ai mendapat e-mail dari Youtube, dari Michelle Phan sendiri, dengan isi kalau Ai menang undian Giveaway!!

Masih pake XP biar greget
Tapi pas Ai claim hadiahnya, situsnya nggak jalan... Karena Ai penasaran, Ai coba cek blognya Michelle di michellephan.com dan tidak ada nama Ai disana QwQ

Mana nama Ai? Mana?? QwQ
Sedih banget Ai QAQ Ai hampir dapet kosmetik mahal dari luar negeri doong QAQ Habis terlalu banyak inbox di e-mail Ai jadi males buka satu-satu... Ah... Andai saja Q_Q

Jadi, Ai mau kasih saran ke teman-teman semua, harus rajin buka inbox yaaa... Kalau ada newsletter yang jarang dibaca, mending ditutup aja. Daripada menuh-menuhin...

Sekian dari Ai, sampai jumpa lagi di posting sampah  berikutnya... Ciao! ^^

Sabtu, 10 Mei 2014

Iklan yang... Owh Please...

Hai hai! Ai disini! ✌(◕‿-)✌

Setelah sekian lama merenung, akhirnya Ai memutuskan, Ai akan menulis blog ini dengan bahasa Indonesia aja. Ai don't care whether some people outside Indonesia would read my blog. Ai nggak peduli kalau ada bule baca blog ini, for what purpose?

Di posting kali ini, Ai mau review beberapa iklan di Indonesia yang bagiku nggak boleh dicerna pakai logika.Cukup diliat dan dinikmati, dan beli barangnya, pastinya, hahahah... What are they? Let's cekidot (ノ・∀・)ノ

!! PERINGATAN !!
Ai nggak akan nyebutin mereknya, karena kalian pasti udah tau :v

1. Iklan Shampoo

Shampoo tuh fungsinya buat bersihin rambut. Tapi sekarang juga dipakai untuk menutrisi rambut: membuat rambut indah, berkilau, lembut, dan sebagainya dan lain-lain. But please, Ai nggak ngerti sama iklan satu ini(╯°□°)╯︵ ┻━┻
Ceritanya ada yang nikahan nih
 Semua iklan dari shampoo merek ini, yang pakai shampoo itu selalu cantik: Rambutnya lurus, berkilau, dan selalu bermake-up. Sedangkan yang enggak pakai shampoo itu, rambutnya selalu berantakan dan juga nggak pakai make up semenor cewek yang pakai shampoo tersebut. Suka merhatiin nggak? Ai sih sering merhatiin dan kadang bingung...
Ada lagi, iklan shampoo lain, yang ceritanya ada model datang ke salon, tapi rambutnya berantakan, kusut, nggak sisiran. Padahal dia ke salon itu pakai baju bagus dan dia pakai make up. Apakah kamu tau itu iklan shampoo apa? (・∀・)

2. Iklan Penyedap Rasa

Penyedap rasa fungsinya untuk menyedapkan masakan. Tapi jangan menggeneralisasikan kalau semua yang pakai penyedap rasa itu orang kaya dong ლ(ಠ益ಠლ)
Hayo tebak, ini mbak-mbak di iklan apa? :D

Semua setting iklan penyedap rasa, selalu memakai setting di rumah bagus yang punya dapur mewah dengan kompor bagus, panci lengkap, dan perabotan lainnya. Berarti yang memakai penyedap rasa itu orang kaya doang? Nggak kan? Pertama, semua ibu-ibu (kecuali yang kuliah di kedokteran dan keperawatan yang menjungjung tinggi kesehatan) pasti punya penyedap rasa di dapur. Garam, penyedap rasa, dan kecap itu wajib di dapur! Lagipula, nggak semua ibu-ibu punya dapur semewah dapur di iklan kan? Kedua, kalau punya dapur mewah, berarti rumahnya mewah, berarti orang kaya dong. Ngapain masak sendiri? Kenapa nggak nyewa juru masak?

3. Iklan Permen
 Permen. Jaman Ai SD satu permen seratusan. Sekarang? 500 dapet 3. Mungkin itu yang membuat pabrik permen iklan ini membuat quote macam ini: "Ini permen susu mahal!"
"Ini permen susu mahal!" -- Anak bungsu di iklan permen

Wah? Mahal ya? Ngapain di umbar-umbar? Iklan panci, TV, hape, semua menunjukkan bahwa produk mereka murah meriah. Eh? Kok kamu malah bikin quote kalau permen buatanmu mahal? ¯\(º_o)/¯


Kayaknya itu aja review dari Ai... Yup, inilah Indonesia, yang iklannya nggak boleh dicerna pakai logika. Macam lagu Agnez Mo gitu, hahaha "Iklan ini, kadang-kadang tak ada logika, nanana~~"

Sekian dari Ai! Sampai jumpa di posting berikutnya!! ✌(◕‿-)✌

Sumber gambar:
Shampoo: edorustanto.wordpress.com
Penyedap Masakan: tvconair.com
Permen: i1.ytimg.com

Rabu, 12 Februari 2014

Valentine's Day?

Today is February, 13 2014, which means D-1 Valentine's day.

What do you think about Valentine? Anyway, you must know about what is Valentine's Day, right? (。◕‿◕。)

In Christian, Valentine's Day is used to commemorate Saint Valentine. He was a bishop and dedicated himself for love to God and Mother Mary. But why must his name which used to commemorated a day of affection? He was popular because he was conducting weddings for soldiers who were forbidden to marry and for ministering to Christians. He was a marthyr as well. For his affection and persistence, his death is commemorated to be Valentine's Day.

Actually, the custom for people to celebrate Valentine's Day by giving chocolates doesn't have any connection to Saint Valentine himself. Yes, it just for fun. It begun in British, they said. (A senior from English Letters told it to me, but I don't know either) First, there was a Paper Valentine which was popular during that age. And so on, it changed, not only by giving Paper Valentine but also giving chocolates and flowers.



Why do they choose Chocolate? Well, chocolate has a sweet and bitter taste once you eat it. Just like chocolate, love has sweet and bitter feeling: Sweet when you are falling in love and bitter when you know that the guy you love has a girlfriend... Wait, that's me! Sweet when you can feel it deep in your heart but also bitter when you know that love isn't as smooth as silk.

In East Asia, they also celebrate White Day. So, the rule is: On Valentine Day, girl give chocolate to boys, and boys reply it, mostly they reply it with marsmallow, on White Day. Maybe because East Asian believe the quote about "Ladies First" that's why mostly anime, the girl always take the first step.

However, during the times, the real meaning of Valentine's Day is changing. Most pervert couple (sorry to say) use Valentine's Day to (once again, I'm sorry) to having sex. They said that, to show their love to their boyfriend/girlfriend. I publish it because in the other day I found a page that against Valentine's Day. And the reason just like what I wrote above.



I cannot say that actually they are wrong. But it's only their vision. Not all people do that things, of course. There are also people who do something else, which is beneficial. For example, doing charity, visiting the orphans, etc.
When I was in Junior High, my school visiting the orphans and give clothes, foods, and money to them, to celebrate Valentine's Day.

In the end, I just want to tell you, that it doesn't matter what you will do for valentine. Like me, I am single (◞‸◟;), so I only celebrate it by sharing chocolate cookies to my friends. And that's fun! You can also celebrate it with your family, so what's the matter?

Let's enjoy Valentine's Day, then :) Don't care about how people negatively react to Valentine's Day \( ゚ヮ゚)/

TRANSLATION - INDONESIAN

Sekarang tanggal 13 Februari 2014 yang artinya H-1 Hari Valentine.

Guys, apa yang kamu pikir soal Valentine? Pasti lah, tau yang namanya hari Valentine, kan? (◡ ‿ ◡ ✿)

Dalam agama Kristen, hari Valentine digunakan untuk memperingati Santo Valentine. Dulu, beliau adalah seorang uskup dan mempersembahkan dirinya demi cinta kepada Tuhan dan Bunda Maria. Tapi kok harus dia yang namanya digunakan untuk memperingati hari kasih sayang? Dia terkenal karena dia merayakan pernikahan untuk tentara yang nggak diperbolehkan menikah dan menjadi Kristen. Beliau juga seorang martir, orang yang mati dibunuh karena dedikasinya kepada Kristus. Karena kasih sayang dan perjuangannya, kematiannya yang pada tanggal 14 Februari digunakan untuk memperingati hari kasih sayang, hari Valentine.

Adat orang untuk merayakan hari Valentine dengan memberikan coklat dan bunga sebenarnya nggak ada hubungannya dengan Santo Valentine sendiri. Dimulai dari Inggris dengan saling mengirim "Paper Valentine" kepada orang yang kita sayang, sampai akhirnya menggunakan coklat dan bunga untuk merayakan perasaan.

Kenapa harus coklat? Coklat memiliki rasa manis dan pahit, seperti cinta (agak geli juga sih... Maklum masih jomblo (⊙ω⊙) )

Di Asia Timur kayak Jepang dan Korea, ada juga namanya White Day. Kalau di hari Valentine, cewek yang ngasih coklat ke cowok, maka ketika White Day, cowok membalas coklat mereka, biasanya dengan Marsmallow.(。´ ‿`♡)  Kalau kayak gitu sih, aku mau ngasih coklat ke cowok, hehe...

Sayangnya, banyak orang yang menyalahartikan apa itu Kasih Sayang (cinta). Pada akhirnya, orang malah (maaf) "bercinta" pada hari kasih sayang. Sering kan, ada razia di hotel-hotel pas hari Valentine? Pasangan yang tidak berstatus suami istri akan ditangkap oleh petugas.
Aku nulis ini karena beberapa hari lalu, aku menemukan page muslim yang menentang hari Valentine, karena alasan di atas.

Aku memang nggak bisa nyalahin mereka. Memang benar ada yang begitu. Tapi, bukan berarti semuanya. Banyak kok, orang yang melakukan hal lain, seperti menggalang dana untuk membantu yatim piatu. Pas aku SMP, sekolahku mengunjungi Panti Jompo dan Panti Yatim dan menyumbangkan dana, makanan, dan pakaian kepada mereka. Semuanya di hari Valentine lho...

Masalah hari Valentine bukan mereka yang melakukan, tapi kita yang melakukan. Bagi yang muslim, valentine memang hari kasih sayang. Nggak ada salahnya kan, ikut menebarkan kasih sayang? Kita bisa mengunjungi panti yatim juga dan menyalurkan kasih sayang kepada mereka, yang nggak pernah ngerasain kasih sayang orang tua seperti kita. Bisa juga kita melakukan hal spesial kepada sahabat ataupun keluarga. Jangan cuman pandang sebelah mata. Cobalah seimbangkan pandangan negatif mengenai hari Valentine dengan melakukan hal baik.
Aku punya teman muslim dan dia nggak peduli bagaimana pandangan muslim lainnya yang nggak suka valentine. Dia bagi-bagiin coklat juga pas valentine, karena dia juga menerima coklat dari teman-temannya (ceritanya tuker-tukeran coklat)
Seru lho dijalanin! Tahun lalu aku juga ikutan, tuker-tukeran coklat di sekolah, pas masih SMA. Cowok, cewek, semuanya tukeran coklat.

Selamat hari Valentine semuanya \(-ㅂ-)/ ♥ ♥ ♥

Selasa, 11 Februari 2014

Go back to be a blogger again

Hi! It's nice to meet you! \( ゚ヮ゚)/

This is my first post in this blog, hum... Let me introduce myself, my name is Stefani Ratu and I am Indonesian. Now, I am a student of English Letters Department of Padjadjaran University, Indonesia.

Back then, when I was in Junior High School, I had a blog. Same like here, I use Blogger.com And this is the link == > http://altosalvationdj.blogspot.com/ (note: It's Indonesian)

However, when I started my highschool life, I became an artist and had a blog (I called it as blog, because it 'publicate' art) in deviantArt and the link is altosalvationz.deviantart.com

Because now I am Literature Students, and my account on deviantArt is no longer use (I getting bored with drawing), so I am back making blog again. Unfortunately, I forgot my password , so I need to make the other one. So, here it is! I hope you'll enjoy this blog. My aim is to be a famous blogger like Raditya Dika and have a great blog like Smosh.com

See you! =^● ⋏ ●^=

Translation: Indonesian.

Halo semua! Salam kenal =^● ⋏ ●^=

Ini posting pertamaku di blog ini, dan sebagai perkenalan, namaku Stefani Ratu dan aku orang Indonesia (nggak aneh). Statusku sebagai mahasiswa dari jurusan Sastra Inggris di Universitas Padjadjaran. Yup, Universitas Negeri yang terletak di Jatinangor, sebuah desa terpencil antara Bandung - Sumedang.( ° ͜ʖ °)

Sebenernya, dulu aku punya blog. Pake Blogger.com juga. Linknya http://altosalvationdj.blogspot.com/

Tapi, pas aku mulai SMA, karena aku suka sama cowok yang suka anime dan menggambar (hehe), jadi aku buka blog lagi di deviantArt dan account aku altosalvationz.deviantart.com

Karena sekarang aku anak Sastra, yang tiap hari dijejelin novel bahasa Inggris, dan juga karena aku udah lama nggak nggambar lagi, jadi aku mau nulis di blog. Masalahnya, aku lupa passwordku ლ(ಠ益ಠლ) Jadi terpaksa aku bikin blog baru. Kebetulan juga aku mau ubah cara nulisku dulu. Semoga blog ini bisa sebagus Smosh.com yang punya ribuan followers... Hehehe...

Sampai jumpa lagi! Bai nee~